Return on Investment (ROI) Pengertian dan Cara Hitung

 Untung rugi merupakan hal yang biasa terjadi di berbagai jenis investasi. Ada kalanya modal yang Anda tanam pada sebuah perusahaan akan mengalami penurunan nilai, di sisi lain ada juga peluang dihasilkannya laba. ROI adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi tersebut.



Beberapa dari Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan singkatan ROI atau Return on Investment. Namun tidak dapat dipungkiri juga masih banyak orang yang mempertanyakan bagaimana definisi dan cara menghitung ROI sebenarnya. Ayo ketahui selengkapnya lewat artikel Prospeku berikut ini!

Pengertian ROI

Return on Investment atau ROI adalah besar persen profit yang bisa didapat dari total jumlah aset investasi. Dari definisinya, bisa dikatakan juga bahwa ROI adalah perhitungan yang bisa menunjukkan tingkat seberapa efektif seseorang atau perusahaan mempertaruhkan dana dalam tanam modal berupa investasi.

Ada dua stage yang bisa membantu perusahaan dalam menentukan keberlanjutan investasi melalui angka ROI. Ketika rumus ROI menghasilkan angka di skala positif, maka lebih baik investasi tersebut tetap berlanjut. Sebaliknya, jika persen yang didapat menunjukkan angka negatif maka sebaiknya segera cabut investasi karena akan menimbulkan kerugian.

Pengertian Return on Investment Menurut para Ahli

Jika dilihat dari segi teori, pengertian tentang ROI adalah konsep yang sering ditemukan dalam bidang ekonomi. ROI digunakan untuk menghitung persentase profit bersih seseorang dalam berinvestasi. Ada juga beberapa pengertian return on investment menurut para ahli seperti ketiga poin berikut ini.

  • Rahardjo (2009) menyebutkan bahwa ROI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dalam investasi yang mereka lakukan.

  • Syamsudin (2011) mengartikan singkatan ROI atau Return on Investment adalah skala perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.

  • Kasmir (2015) mendefinisikan rumus ROI sebagai rasio pengembalian atau hasil (return) atas aktiva yang digunakan suatu pihak dalam perusahaan. Di samping itu, ROI adalah skala pengukur efektivitas manajemen suatu transaksi investasi.

Rumus ROI

ROI adalah hasil pendapatan yang didapat dari investasi atau tanam modal yang melibatkan perusahaan negara. Dalam arti lain, harus ada keterlibatan bayar pajak di dalamnya. Pada transaksi saham secara umum, pajak yang dikenakan sebesar 0,1% dari bruto penjualan saham. Maka rumus ROI adalah sebagai berikut:

ROI = Laba Bersih setelah dipotong Pajak : Total Aktiva x 100%

Contoh ROI

Sebagai teknik memahami cara menghitung ROI dalam rumus di atas, berikut ada beberapa contoh ROI untuk Anda pelajari. Lihat dan perhatikan dengan seksama sesuai situasinya masing-masing.

  1. Anda merupakan investor perseorangan yang akan menanamkan modal pada sebuah restoran ayam goreng cepat saji. Diperkirakan keuntungan bersih yang akan didapatkan bulan November mendatang adalah sebesar 40 juta rupiah. Sedangkan total aset dana yang Anda berikan adalah 500 juta rupiah. Maka angka ROI yang didapat adalah:

    ROI = Laba Bersih : Total Aktiva x 100%

    \= 40.000.000 : 500.000.000 x 100%

    \= 0,08 x 100%

    \= 8%

    Dari hasil cara menghitung ROI di atas terlihat bahwa hasil persentase mencapai angka 8%. Artinya, investasi yang Anda lakukan kemungkinan besar menghasilkan profit dan menambah pendapatan sebesar 8% atau setara dengan Rp40.000.000. Maka, ada baiknya tanam modal tersebut tetap dilakukan untuk periode mendatang.

  2. Sebuah perusahaan produksi konten audio visual “B Production” memberikan sejumlah dana kepada agensi hiburan ternama di Indonesia yaitu “H Agency.” Investasi ini dilakukan untuk membangun kerjasama kedepannya, sehingga saham H Agency dibeli oleh B Production pada harga Rp150.000.000. Namun, karena permasalahan internal, pendapatan H Agency terpaksa menurun sebanyak Rp200.000.000. Maka ROI yang didapat adalah:

    ROI = Laba Bersih : Total Aktiva x 100%

    \= -50.000.000 : 150.000.000 x 100%

    \= -0,33 x 100%

    \= -33%

    Berbeda dengan contoh pertama yang mendapat profit, penurunan pendapatan bisa mengakibatkan minus pada penghitungan lama. Dalam arti lain, B Production mengalami kerugian. Sehingga didapat angka ROI pada -33%, maka tidak perlu mempertahankan penanaman modal yang dilakukan.

Faktor yang Mempengaruhi ROI

Setelah mengetahui bagaimana contoh ROI berdasarkan dua kasus yang berbeda di atas, kini semakin jelas bahwa rumus Return on Investment bisa menghasilkan surplus atau minus pada kas perusahaan Anda. Fenomena ini tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang mempengaruhi ROI yaitu:

  1. Siklus perputaran operating assets atau sering disebut sebagai aktiva operasional. Beberapa contohnya seperti gedung, uang, alat, hak paten perusahaan, dan barang lain yang bermanfaat dalam jalannya roda perusahaan. Di faktor ini bisa dilihat seberapa baik manajemen perusahaan atas aset operasional yang dimiliki.

  2. Profit margin atau besar rasio laba dan penjualan. Semakin besar hasil penghitungan profit margin, maka keuntungan yang didapat dalam ROI juga akan meningkat.

Kesimpulannya, bagi pengusaha, ROI adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Dengan menerapkan cara menghitung ROI, Anda bisa memperkirakan lebih dulu mengenai keberlanjutan investasi yang dilakukan. Kemudian Anda juga dapat menyusun rencana lebih matang bagaimana tentang tanam modal atau aset tersebut. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

0 Komentar